[Sinopsis] Tokyo Shoujo Part 1
Saturday | 4 comments
- Movie: Tokyo shoujo
- Japanese: 東京少女
- Director: Kazuya Konaka
- Producer: Andrew Tamon Niwa
- Writer: Makoto Hayashi
- Cinematography: Shinji Ogawa
- Release Date: February 23, 2008
"Although we're separated by a hundred year difference, it feels as if our hearts are within reach and never apart" - Tokijiro Miyata
Di sebuah toilet, seorang cewek SMA tengah asyik memainkan game dari ponselnya. Bertolak belakang dengan wajahnya yang nampak kusut.Sementara itu di tempat lain seorang cowok tengah duduk dengan raut wajah tegang dan gelisah. Ia kemudian melihat jam kuno miliknya.
Miho,
cewek yang mengurung diri di toilet itu dihampiri ibunya yang keliatan
tidak sabar “Kapan kau keluar, Miho?Jangan terlalu kekanak-kanakan!
Cepat keluar!”panggil ibunya di depan pintu toilet. “Aku tidak dewasa.
Aku masih anak-anak” sahut Miho dari dalam.Ibunya mendesah “Berhenti
mempermalukan Ibu”.Saat itu, sebuah panggilan telepon masuk. Ibu Miho
menjawab ponselnya. Dari calon ayah tiri Miho yang sudah menunggu mereka
untuk makan bersama. Di tengah pembicaraan mendadak Miho keluar dari
toilet. Ibunya bergegas menyusul.
Akiko sedang sibuk membersihkan kamar kakaknya dan tanpa sengaja menemukan ponsel milik Miho. Meski sedikit penasaran namun dia meletakkannya kembali ke tempatnya.Tokijiro yang baru saja datang menegur adiknya karena membersihkan kamarnya - dia sudah mengatakan agar tidak melakukannya. Akiko mencoba membela diri.
Sementara itu cowok yang sedari tadi duduk gelisah dihampiri seorang pria tua,
“Maaf membuatmu menunggu”
“Tidak sama sekali” ujar cowok yang bernama Tokijiro.
“Aku telah selesai membaca naskahmu.Aku akan mulai dari hasilnya.Aku telah membicarakan dengan Natsume sensei.Kami tidak akan mengambil naskahmu saat ini”jelas pria tua itu.
Tokijiro nampak kecewa.Ia tak habis pikir mengapa naskahnya ditolak“ Ceritakan padaku ... apa yang harus aku perbaiki?”
“Ceritamu tidak memiliki rasa ‘percaya diri’. Jika apa yang dilakukan seseorang hanya meniru orang lain, ia tidak akan berhasil menjadi bagian dari dunia novel”
"Ceritaku meniru orang lain ...”gumam Tokijiro
“Sesuatu yang mampu mengubah Era Meiji,dan sesuatu yang inovatif adalah apa yang kami cari”ujar si pria sambil beranjak ke jendela dan memandang ke luar. Daannn...surpriseee! terhampar lah pemandangan kesibukan di Era Meiji.
“Maaf membuatmu menunggu”
“Tidak sama sekali” ujar cowok yang bernama Tokijiro.
“Aku telah selesai membaca naskahmu.Aku akan mulai dari hasilnya.Aku telah membicarakan dengan Natsume sensei.Kami tidak akan mengambil naskahmu saat ini”jelas pria tua itu.
Tokijiro nampak kecewa.Ia tak habis pikir mengapa naskahnya ditolak“ Ceritakan padaku ... apa yang harus aku perbaiki?”
“Ceritamu tidak memiliki rasa ‘percaya diri’. Jika apa yang dilakukan seseorang hanya meniru orang lain, ia tidak akan berhasil menjadi bagian dari dunia novel”
"Ceritaku meniru orang lain ...”gumam Tokijiro
“Sesuatu yang mampu mengubah Era Meiji,dan sesuatu yang inovatif adalah apa yang kami cari”ujar si pria sambil beranjak ke jendela dan memandang ke luar. Daannn...surpriseee! terhampar lah pemandangan kesibukan di Era Meiji.
Yapp..Miho dan Tokijiro hidup di zaman yang berbeda,(Miho-tahun 2008 dan Tokijiro- tahun 1912)
“Luar jangkauan layanan? Dimana itu..”Miho kebingungan.
Era Meiji tahun 1912-Malam harinya,
Dikamarnya Tokijiro mengamati benda yang baru ia temukan.“Apa di bumi ada benda seperti ini? Apa ini?”
Belum sempat berpikir lebih jauh, ia buru-buru menyembunyikan benda temuannya di balik kertas dan berpura-pura menyibukkan diri dengan membaca buku saat adiknya,
“Apa yang dia bicarakan? Halo?” ujar Miho dengan tak sabar.
“ Halo ...” Tokijiro akhirnya bicara sambil menempelkan ponsel ke telinga dengan posisi aneh. Miho mengatakan jika ponsel yang di temukan Tokijiro itu miliknya. Dan menanyakan siapa dia.
“Aku ... Tokijiro Miyata”
“ Tokijiro Miyata ... nama yang kuno“ ujar Miho yang kemudian menanyakan dimana dia tinggal. Tokijiro menjawab dia tinggal di Daerah Tokyo distrik Hongo Bangunan 3 Yushima Tenjinsamano Otokodashita.
“Apa Daerah Tokyo distrik Hongo? Tokyo bukanlah suatu daerah, Hongo bukan distrik. Berhenti bicara omong kosong!” Miho tak percaya.
“Aku tidak bicara omong kosong !” kilah Tokijiro
“Berhenti bicara bohongl! Beritahukan alamatmu, Besok aku akan pergi mengambil ponsel ku” Miho tahu alamat itu sekarang tidak ada lagi.
Tokijiro marah dan menyebut Miho gadis kasar dan bilang dia membenci wanita yang tidak mau mendengarkan dan merasa paling benar. Miho tak mau kalah ia berkata ia benci laki-laki yang hanya berbicara omong kosong dan selalu ingin membodohi orang lain.
“Tidak lembut sama sekali! Tomboy! Orang kelas bawah!”
“Kelas bawah? Baik, apa pun itu! Selamat tinggal!” Miho mematikan ponselnya dengan kesal. Namun kemudian Miho yang tersadar dia baru memutuskan hubungan mencoba menelpon lagi. Dan bisa ditebak Tokijiro kesulitan dalam menjawab ponsel. Sementara itu sinar bulan di langit mulai tertutup awan. Miho yang kembali gagal terhubung, memandang bulan diluar yang sudah ditutupi awan sepenuhnya.
Keesokan
harinya, Miho mencari alamat yang diberikan oleh Tokijiro dan tentu
saja hasilnya sia-sia. Miho yang kesal berusaha lagi menghubungi
Tokijiro lewat telepon umum namun gagal.
“Dia
Shiomi Atsushi -san” Ibunya mengenalkan Miho pada calon ayah
tirinya.”Dia adalah profesor universitas pembelajaran sastra Jepang.Dia
pelanggan rumah penerbitan kita sejak lama.”
“Aku telah mendengar banyak tentang mu dari ibumu.Kau bermimpi untuk menjadi penulis fiksi ilmiah, bukan?” Sapa Shiomi Atsushi ramah.
“Ini tidak ada hubungannya dengan aku menjadi penulis atau tidak. Anda hanya ingin menikah dengan ibuku. Aku tidak setuju. Itu saja” ujar Miho dingin.
Raut wajah Atsushi berubah mendengar jawaban Miho. Namun Miho tak peduli, ia bangkit dari duduknya dan beranjak pergi dari restoran.
“Dia terus terang seperti mu” komentar Atsushi pada ibu Miho seperginya Miho.
“Aku benar-benar malu. Biasanya dia tidak seperti ini.”ujar Ibu Miho berniat menyusul anaknya lagi. “Miho!”
“Aku telah mendengar banyak tentang mu dari ibumu.Kau bermimpi untuk menjadi penulis fiksi ilmiah, bukan?” Sapa Shiomi Atsushi ramah.
“Ini tidak ada hubungannya dengan aku menjadi penulis atau tidak. Anda hanya ingin menikah dengan ibuku. Aku tidak setuju. Itu saja” ujar Miho dingin.
Raut wajah Atsushi berubah mendengar jawaban Miho. Namun Miho tak peduli, ia bangkit dari duduknya dan beranjak pergi dari restoran.
“Dia terus terang seperti mu” komentar Atsushi pada ibu Miho seperginya Miho.
“Aku benar-benar malu. Biasanya dia tidak seperti ini.”ujar Ibu Miho berniat menyusul anaknya lagi. “Miho!”
Sementara
Miho yang tak sabar menunggu lift memutuskan menuruni tangga restoran
sambil menggerutu kesal karena rencana ibunya yang ingin menikah lagi.
Di saat yang sama, di tangga perusahaan penerbitan, Tokijiro sedang
berpikir bagaimana menulis sesuatu yang inovatif. Mendadak terjadi
gempa bumi dan tanpa sengaja Miho menjatuhkan ponselnya yg kemudian
hilang ke dalam cahaya, (rupanya ponsel itu jatuh ke dalam lubang yang
menghubungkan tahun 1912 dan masa sekarang ) tampaknya gempa
menyebabkan terjadinya lubang waktu tersebut.
Ponsel
tersebut jatuh menimpa kepala Tokijiro.“Apa ini?” Dengan bingung
Tokijiro mengambil ponsel dan mendongakkan kepalanya ke atas
tangga.Namun tak ada siapa- siapa disana. Sementara Miho mencoba untuk
menemukan ponselnya
yang jatuh tapi sia-sia.“Aneh ... Kemana jatuhnya?ponselnya menghilang?
Mustahil menghilang ke dalam kekosongan “ujar Miho pada dirinya
sendiri.
Miho
mencoba menelepon ponselnya berkali-kali namun yang terdengar selalu
suara operator yang mengatakan bahwa nomor yang dihubunginya berada di
luar jangkauan layanan . “Luar jangkauan layanan? Dimana itu..”Miho kebingungan.
Era Meiji tahun 1912-Malam harinya,
Dikamarnya Tokijiro mengamati benda yang baru ia temukan.“Apa di bumi ada benda seperti ini? Apa ini?”
Belum sempat berpikir lebih jauh, ia buru-buru menyembunyikan benda temuannya di balik kertas dan berpura-pura menyibukkan diri dengan membaca buku saat adiknya,
Akiko masuk ke kamar sambil membawakan makan malam.
“Naskahmu ditolak lagi?” tebak Akiko.
“Naskahmu ditolak lagi?” tebak Akiko.
“Bagaimana kau tahu?”
“Itu karena kakak melewatkan makan malam setiap kali naskahmu ditolak “
Tokijiro membalas dengan mengatakan dia harus memuji adiknya karena telah menjadi adik yang perhatian meski begitu dia sedang tidak nafsu makan. Akiko balik menyindirnya tak pernah jatuh cinta dan bertanya bukankah lebih baik jika kakaknya menjadi pengusaha seperti ayah mereka. Kesal, Tokijiro menyuruh adiknya keluar.
“Itu karena kakak melewatkan makan malam setiap kali naskahmu ditolak “
Tokijiro membalas dengan mengatakan dia harus memuji adiknya karena telah menjadi adik yang perhatian meski begitu dia sedang tidak nafsu makan. Akiko balik menyindirnya tak pernah jatuh cinta dan bertanya bukankah lebih baik jika kakaknya menjadi pengusaha seperti ayah mereka. Kesal, Tokijiro menyuruh adiknya keluar.
Di
ambang pintu, Akiko terpesona memandang langit malam yang berhiaskan
bulan seraya mengajak kakaknya ikut melihat.Tokijiro yang awalnya tak
tertarik akhirnya malah ikutan terpesona memandang bulan yang bersinar
dengan cantiknya...
Tiba-tiba benda temuannya aka ponsel Miho berbunyi. Rupanya Miho masih berusaha menghubungi ponselnya.
Dengan ragu-ragu karena tak paham dengan ponsel itu akhirnya Tokijiro secara acak menekan tombol.Dan...miracle banget, tombol yang benar untuk menjawab ponsel itu tertekan sehingga dari ponsel terdengarlah suara Miho.”Halo?”
“Benda ini membuat suara "Halo" ... Ini telepon? Tak mungkin ... tidak ada kabel” Tokijiro keheranan sendiri. Tiba-tiba benda temuannya aka ponsel Miho berbunyi. Rupanya Miho masih berusaha menghubungi ponselnya.
Dengan ragu-ragu karena tak paham dengan ponsel itu akhirnya Tokijiro secara acak menekan tombol.Dan...miracle banget, tombol yang benar untuk menjawab ponsel itu tertekan sehingga dari ponsel terdengarlah suara Miho.”Halo?”
“Apa yang dia bicarakan? Halo?” ujar Miho dengan tak sabar.
“ Halo ...” Tokijiro akhirnya bicara sambil menempelkan ponsel ke telinga dengan posisi aneh. Miho mengatakan jika ponsel yang di temukan Tokijiro itu miliknya. Dan menanyakan siapa dia.
“Aku ... Tokijiro Miyata”
“ Tokijiro Miyata ... nama yang kuno“ ujar Miho yang kemudian menanyakan dimana dia tinggal. Tokijiro menjawab dia tinggal di Daerah Tokyo distrik Hongo Bangunan 3 Yushima Tenjinsamano Otokodashita.
“Apa Daerah Tokyo distrik Hongo? Tokyo bukanlah suatu daerah, Hongo bukan distrik. Berhenti bicara omong kosong!” Miho tak percaya.
“Aku tidak bicara omong kosong !” kilah Tokijiro
“Berhenti bicara bohongl! Beritahukan alamatmu, Besok aku akan pergi mengambil ponsel ku” Miho tahu alamat itu sekarang tidak ada lagi.
Tokijiro marah dan menyebut Miho gadis kasar dan bilang dia membenci wanita yang tidak mau mendengarkan dan merasa paling benar. Miho tak mau kalah ia berkata ia benci laki-laki yang hanya berbicara omong kosong dan selalu ingin membodohi orang lain.
“Tidak lembut sama sekali! Tomboy! Orang kelas bawah!”
“Kelas bawah? Baik, apa pun itu! Selamat tinggal!” Miho mematikan ponselnya dengan kesal. Namun kemudian Miho yang tersadar dia baru memutuskan hubungan mencoba menelpon lagi. Dan bisa ditebak Tokijiro kesulitan dalam menjawab ponsel. Sementara itu sinar bulan di langit mulai tertutup awan. Miho yang kembali gagal terhubung, memandang bulan diluar yang sudah ditutupi awan sepenuhnya.
Akiko sedang sibuk membersihkan kamar kakaknya dan tanpa sengaja menemukan ponsel milik Miho. Meski sedikit penasaran namun dia meletakkannya kembali ke tempatnya.Tokijiro yang baru saja datang menegur adiknya karena membersihkan kamarnya - dia sudah mengatakan agar tidak melakukannya. Akiko mencoba membela diri.
Tokijiro
melihat sebuah telegram tergeletak dimeja tulisnya. Akiko mengatakan
telegram itu baru saja datang ,dari ayah mereka. Tokijiro meremas dan
membuang kertas itu setelah membacanya sekilas.
“Akan bagus untuk pergi kesana walau sekali.Bahkan jika kakak hanya ingin terus menulis setidaknya harus menjelaskan kepada ayah. Ayah akan sangat senang jika kakak dapat mewarisi perusahaannya” Akiko berpendapat.
“Aku tahu, aku tahu” ujar Tokijiro setengah hati.
Akiko lalu bertanya benda apakah ponsel Miho. Tokijiro menyebutnya sebagai "telepon aneh"dan akhirnya bercerita jika tadi malam, suara seorang gadis terdengar dari sana.
Akiko tak percaya. Mungkin saja itu hanya ilusi kakaknya. Kakaknya berada di rumah dan terlalu fokus pada novel sehingga mulai mendengar suara-suara yang tidak ada.
“Tidak. Aku tidak hanya mendengar, aku juga berbicara dengannya.” bantah Tokijiro
Dengan cemas, Akiko menyentuh kening kakaknya.”Tidak demam ...”
“Tentu saja tidak! cukup, keluar sekarang.”
Seperginya adiknya, Tokijiro bergumam ”Tidak akan ada yang mempercayaiku “
Malam itu Miho makan sendirian (ibunya meninggalkan pesan akan pulang terlambat dan makan malam sudah disiapkan). Miho menatap foto almarhum ayahnya bersama dirinya waktu kecil dan ibunya “Apakah tidak apa-apa jika ibu menikah lagi, ayah?"gumamnya.
Dikamarnya Miho mencoba menghubungi Tokijiro lagi. Ia memandang bulan di luar yang bersinar terang. Di saat yang sama, Tokijiro yang terkejut oleh dering ponsel tak sengaja menumpahkan tintanya. Setelah berkutat dengan tombol-tombol akhirnya dia berhasil terhubung dengan Miho.
Sebelum Miho sempat berujar panjang tentang alamat Tokijiro yang tidak berhasil ditemukan, Tokijiro memotong perkataannya dengan meminta maaf karena dia sangat kasar terakhir kali. Miho akhirnya turut minta maaf .
“Lalu,apa yang kau ingin katakan tadi?”
“Aku pergi ke alamat yang kau berikan kepadaku. Mereka mengatakan tidak ada Miyata disana”
“Ini aneh ... Mengapa tidak ada? Aku tinggal di sini sekarang”
“Kamu tinggal di sana? Lalu kenapa tidak mengatakan alamatmu lagi. Katakan lebih rinci sekarang.” ujar Miho sambil bersiap mencatat detailnya.
Tokijiro berujar penuh kesungguhan “Aku akan memberitahu kamu alamat rinci yang resmi. Daerah Tokyo distrik Hongo Bangunan 3 Yushima... “.
“Tidak lagi!” potong Miho, kesabarannya hilang “Alamat ini tidak ada sama sekali”. Sementara Tokijiro mencoba mencerna ucapan Miho. Miho menuduhnya berpura-pura menjadi baik ketika dia lengah,kemudian mencoba untuk menipu dengan ponselnya.“Kenyataannya, Kamu adalah seorang pembohong dan pencuri”
“Apa pencuri?Tunggu, penghinaan seperti itu ... Aku tidak tahan lagi” Tokijoro yang tak terima mulai terbakar emosi. Mereka akhirnya kembali berdebat.
“Dengar,
entah di masa lalu atau sekarang, Aku tinggal Daerah Tokyo distrik
Hongo Bangunan 3 Yushima ...Jangan membuatnya salah lagi. Ingatlah ini!”
tegas Tokijiro
Mendengar itu, Miho seperti mendapat titik terang, clue. “entah di masa lalu atau sekarang?”Dia melirik ke arah poster dan koleksi bukunya mengenai lubang waktu.
Setelah bertanya dan mengkonfirmasi mengenai dimana ponselnya ditemukan Tokijiro, Miho semakin yakin kalau ponselnya jatuh ke wormhole-sebuah lorong waktu yang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Dan yang lebih mengejutkan mengetahui bahwa mereka dipisahkan oleh perbedaan 100 tahun.
Tokijiro tidak percaya, dia malah menganggap Miho hanya bercanda. Untuk meyakinkannya Miho mengatakan padanya kalau pada tanggal 15 April 1912, Titanic-sebuah kapal penumpang mewah dari Inggris menghantam es dan tenggelam. Dan besok beritanya ada di koran era Meiji. Sinar bulan di langit tertutup awan.Pembicaraan mereka lagi-lagi kembali terputus.Saat itu Akiko melongok ke dalam kamar kakaknya,”Kakak, kau sedang berbicara dengan siapa?”
“Tidak ..” jawab Tokijiro datar. Akiko heran karena Kakak bertingkah sangat aneh hari ini.
Pagi itu, Akiko berlari dengan tergesa-gesa , ia ingin memberitahukan berita besar pada kakaknya. Tokijiro yang sedang bad mood karena menganggap jika dibandingkan dengan Natsume sensei, ceritanya bahkan tidak layak untuk dibaca, merasa terganggu.”Bukankah kubilang sebelumnya, mengetuk sebelum kau masuk ke kamar orang lain.Barat menyebutnya "ketukan". Ini adalah kebiasaan pria dan wanita wajar.Ingatlah”
Akiko tidak menggubrisnya“Ini bukan waktu untuk itu.Siapa yang memberitahumu tentang kapal mewah Inggris yang tenggelam?”
“Mengapa?”
“Kau benar. Lihat!”Akiko menunjukkan koran yang di bawanya.
Tokijiro bergegas merebut koran itu” Kapal Penumpang Mewah Inggris tenggelam - Tragedi Langka Dunia.Hal ini benar terjadi!”dia terbelalak.
“Kamu mendengarnya dari siapa?” tanya Akiko penasaran.
“Gadis di telepon”
“Telepon? Benda itu?”ujar Akiko, menunjuk ponsel di atas buku.
Tokijiro mengambil ponsel itu lalu berbicara sendiri - mungkin mengira terhubung, dengan semangat dia mengatakan Titanic benar-benar tenggelam,persis seperti apa yang dikatakan Miho. Akiko menatap kakaknya dengan ngeri. Dan meminta kakaknya menghentikan kelakuannya itu. :D
“Akan bagus untuk pergi kesana walau sekali.Bahkan jika kakak hanya ingin terus menulis setidaknya harus menjelaskan kepada ayah. Ayah akan sangat senang jika kakak dapat mewarisi perusahaannya” Akiko berpendapat.
“Aku tahu, aku tahu” ujar Tokijiro setengah hati.
Akiko lalu bertanya benda apakah ponsel Miho. Tokijiro menyebutnya sebagai "telepon aneh"dan akhirnya bercerita jika tadi malam, suara seorang gadis terdengar dari sana.
Akiko tak percaya. Mungkin saja itu hanya ilusi kakaknya. Kakaknya berada di rumah dan terlalu fokus pada novel sehingga mulai mendengar suara-suara yang tidak ada.
“Tidak. Aku tidak hanya mendengar, aku juga berbicara dengannya.” bantah Tokijiro
Dengan cemas, Akiko menyentuh kening kakaknya.”Tidak demam ...”
“Tentu saja tidak! cukup, keluar sekarang.”
Seperginya adiknya, Tokijiro bergumam ”Tidak akan ada yang mempercayaiku “
Malam itu Miho makan sendirian (ibunya meninggalkan pesan akan pulang terlambat dan makan malam sudah disiapkan). Miho menatap foto almarhum ayahnya bersama dirinya waktu kecil dan ibunya “Apakah tidak apa-apa jika ibu menikah lagi, ayah?"gumamnya.
Dikamarnya Miho mencoba menghubungi Tokijiro lagi. Ia memandang bulan di luar yang bersinar terang. Di saat yang sama, Tokijiro yang terkejut oleh dering ponsel tak sengaja menumpahkan tintanya. Setelah berkutat dengan tombol-tombol akhirnya dia berhasil terhubung dengan Miho.
Sebelum Miho sempat berujar panjang tentang alamat Tokijiro yang tidak berhasil ditemukan, Tokijiro memotong perkataannya dengan meminta maaf karena dia sangat kasar terakhir kali. Miho akhirnya turut minta maaf .
“Lalu,apa yang kau ingin katakan tadi?”
“Aku pergi ke alamat yang kau berikan kepadaku. Mereka mengatakan tidak ada Miyata disana”
“Ini aneh ... Mengapa tidak ada? Aku tinggal di sini sekarang”
“Kamu tinggal di sana? Lalu kenapa tidak mengatakan alamatmu lagi. Katakan lebih rinci sekarang.” ujar Miho sambil bersiap mencatat detailnya.
Tokijiro berujar penuh kesungguhan “Aku akan memberitahu kamu alamat rinci yang resmi. Daerah Tokyo distrik Hongo Bangunan 3 Yushima... “.
“Tidak lagi!” potong Miho, kesabarannya hilang “Alamat ini tidak ada sama sekali”. Sementara Tokijiro mencoba mencerna ucapan Miho. Miho menuduhnya berpura-pura menjadi baik ketika dia lengah,kemudian mencoba untuk menipu dengan ponselnya.“Kenyataannya, Kamu adalah seorang pembohong dan pencuri”
“Apa pencuri?Tunggu, penghinaan seperti itu ... Aku tidak tahan lagi” Tokijoro yang tak terima mulai terbakar emosi. Mereka akhirnya kembali berdebat.
Mendengar itu, Miho seperti mendapat titik terang, clue. “entah di masa lalu atau sekarang?”Dia melirik ke arah poster dan koleksi bukunya mengenai lubang waktu.
Setelah bertanya dan mengkonfirmasi mengenai dimana ponselnya ditemukan Tokijiro, Miho semakin yakin kalau ponselnya jatuh ke wormhole-sebuah lorong waktu yang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Dan yang lebih mengejutkan mengetahui bahwa mereka dipisahkan oleh perbedaan 100 tahun.
Tokijiro tidak percaya, dia malah menganggap Miho hanya bercanda. Untuk meyakinkannya Miho mengatakan padanya kalau pada tanggal 15 April 1912, Titanic-sebuah kapal penumpang mewah dari Inggris menghantam es dan tenggelam. Dan besok beritanya ada di koran era Meiji. Sinar bulan di langit tertutup awan.Pembicaraan mereka lagi-lagi kembali terputus.Saat itu Akiko melongok ke dalam kamar kakaknya,”Kakak, kau sedang berbicara dengan siapa?”
“Tidak ..” jawab Tokijiro datar. Akiko heran karena Kakak bertingkah sangat aneh hari ini.
Pagi itu, Akiko berlari dengan tergesa-gesa , ia ingin memberitahukan berita besar pada kakaknya. Tokijiro yang sedang bad mood karena menganggap jika dibandingkan dengan Natsume sensei, ceritanya bahkan tidak layak untuk dibaca, merasa terganggu.”Bukankah kubilang sebelumnya, mengetuk sebelum kau masuk ke kamar orang lain.Barat menyebutnya "ketukan". Ini adalah kebiasaan pria dan wanita wajar.Ingatlah”
Akiko tidak menggubrisnya“Ini bukan waktu untuk itu.Siapa yang memberitahumu tentang kapal mewah Inggris yang tenggelam?”
“Mengapa?”
“Kau benar. Lihat!”Akiko menunjukkan koran yang di bawanya.
Tokijiro bergegas merebut koran itu” Kapal Penumpang Mewah Inggris tenggelam - Tragedi Langka Dunia.Hal ini benar terjadi!”dia terbelalak.
“Kamu mendengarnya dari siapa?” tanya Akiko penasaran.
“Gadis di telepon”
“Telepon? Benda itu?”ujar Akiko, menunjuk ponsel di atas buku.
Tokijiro mengambil ponsel itu lalu berbicara sendiri - mungkin mengira terhubung, dengan semangat dia mengatakan Titanic benar-benar tenggelam,persis seperti apa yang dikatakan Miho. Akiko menatap kakaknya dengan ngeri. Dan meminta kakaknya menghentikan kelakuannya itu. :D
Miho
yang baru pulang dari sekolah menyerahkan secarik kertas yang berisikan
nomor ponsel baru yang baru dibeli ke ibunya. Ibunya bertanya heran,
“Mengapa kau tidak menggunakan yang lama lagi?”
Miho
menjawab tak mengapa dan bergegas ke kamarnya. Miho mencoba menghubungi
Tokijiro dengan ponsel barunya, namun gagal. Miho bergumam
sendiri,”mengapa hanya dapat menghubungi pada waktu tertentu?Ini tidak
bisa dihubungi kecuali malam hari...”
Malam harinya saat berjalan pulang dari supermarket Miho melihat bulan. Miho pun berpikir,”ketika telepon tersambung lagi, bulan juga berada di sana” akhirnya dia mengetahui jawabannya.Miho menelepon Tokijiro yang saat itu tengah mencoba menulis naskah.
Malam harinya saat berjalan pulang dari supermarket Miho melihat bulan. Miho pun berpikir,”ketika telepon tersambung lagi, bulan juga berada di sana” akhirnya dia mengetahui jawabannya.Miho menelepon Tokijiro yang saat itu tengah mencoba menulis naskah.
TO BE CONTINUE.....
Yakk!...akhirnya saia memutuskan project bikin sinopsis movie, klo bikin sinop drama kyaknya bakal gak kelar hahaha...sibuk sibux.. dan mianhae for sinopsis-sinopsis yang blm kelar
J-A-N-J-I bakalan saia update sampai tamat klo reader rajin komen :P Onegaii...
cara komen : klik kotak Comment [s] di atas ◕‿◕